My first work,!
Entah kapan, seorang gadis berkulit coklat gelap dengan kantung mata
yang besar duduk di kursi taman dekat rumahnya. Gelapnya kantung disekitar
matanya bagaikan karung goni yang terbakar hangus. Dia diam mematung dengan
pandangan hampa menghadap sungai didepannya. Si Agni Aneh sering diucapkan dari
mulut tetangganya ketika hendak memangilnya. Sedikit tak sopan sebenarnya,
namun itu benar-benar sesuai kenyataan, dia memiliki tingkah laku yang sedikit
aneh. Wajar saja, sejak kecelakaan hebat 3 tahun yang lalu membuatnya koma
selama 2 tahun, dia yang mulanya
gadis yang ceria, rajin dan pandai berubah menjadi gadis yang pendiam dan
penakut. Dia hidup bersama kakaknya Henry yang rela membatalkan pernikahannya
dan menghabiskan seluruh uangnya atau apapun demi kesembuhan adiknya, Agni.
Namun, ketika Agni bangun dari tidur panjangnya, kakaknya terkejut melihat
perilaku adiknya, Agni sering berteriak ketakutan. Ternyata ketika koma,
jiwanya telah berpergian jauh hingga bertemu dengan roh-roh dan menjadi
temannya. Dan kemampuan itu terbawa ketika Agni bangun dari komanya.
Selama setahun ini,
dia menyadari bahwa hantu yang mendekatinya hanya sekadar meminta bantuan.
Kebanyakan hantu tersebut meminta Agni untuk membantu menyelesaikan masalah di
keluarga yang ditinggalkan hantu itu, walaupun sama sekali bukan masalahnya.
Mulai dari perebutan harta warisan, proyek penjualan real estate, dan lainnya yang tak ingin dingatnya lagi. Walaupun
telah menyadarinya, yang namanya manusia setiap ditemui oleh roh-roh yang
bergentayangan pastinya akan ketakutan, begitu pula Agni. Setiap malam, tak
sekalipun Agni tidak didatangi oleh roh-roh berwajah hancur, lebur, tak
berbentuk. Dan tak sekalipun dia tidak ketakutan. Mungkin hal itulah yang
menyebabkan lebar nan gelapnya kantung disekitar matanya.
***
Sebenarnya,
dia tak tega melihat kakaknya yang bekerja keras membanting tulang demi seseorang
aneh yang mendeklarasikan bisa melihat hantu seperti dirinya, kerjanya hanya
keluyuran sekadar membantu roh-roh gentayangan. Lalu suatu ketika, dia
memutuskan untuk bekerja di kota, dia akan bekerja sebagai Waitress di salah
satu restoran di kota. Kakaknya, Henry sebenarnya tidak tega membiarkan adik semata
wayangnya pergi bekerja.
“Sebaiknya kamu nggak usah kerja, Agni! Kakak takut terjadi apa-apa
sama kamu,” kata Kak Henry seraya mencegahnya,
“Tapi aku sudah pikirkan matang-matang kak, aku tidak ingin merepotkan
kakak. Kakak, selalu bekerja membanting tulang hanya demi aku, jadi aku tidak
tega melihatnya.”
“Kamu sama sekali nggak merepotkan kakak, kok! Kakak cuma mau Agni
dirumah saja”
“Tapi ini sudah jadi keputusanku kak!”
Karena keputusan Agni telah bulat dan keegoisannya, Kak Henry pun tak
kuasa lagi mencegahnya.
“Ya sudah, kamu boleh bekerja. Asalkan sering-sering pulang ke rumah
ya!”
Lalu, setelah mendapat ijin dari kakaknya berangkatlah Agni ke kota
untuk bekerja sebagai waitress di salah satu restoran di kota.
***
Sebulan berjalan Agni
bekerja di kota, dia tinggal disebuah kontrakan yang tidak terlalu luas dan
hampir mirip sebuah gubuk. Pekerjaan menjadi waitress pun dia jalani dengan
sungguh-sungguh, hingga dia menjadi karyawan yang cukup rajin di restoran tempatnya
bekerja. Walau terkadang masih terhitung
roh-roh yang meminta bantuannya yang membuatnya bertingkah sedikit aneh seperti
biasanya.
***
Suatu ketika, dia
sedang mengantarkan pesanan di meja pelanggan. Dia melihat roh wanita yang
berdiri di samping seorang pria tampan berkacamata yang memesan makanan yang dia
bawa. Dengan langkah yang kurang pasti, dia memberikan makanan yang baru
diangkat dari penggorengan menuju pria itu. Bukannya, sampai ke meja, dia malah
mendaratkan makanan itu ke wajah pria yang memesan makanan tersebut.
“Hey, bisa kerja nggak sih? Kalau jalan lihat-lihat dong, jadi basah
nih!” bentak Si Pria tampan itu.
“Maaf-maaf, mas!” jawab Agni sambil ketakutan melihat roh wanita
dibelakang pria itu.
***
Seminggu setelah
kejadian itu, dia bertemu dengan pria di restoran itu tanpa dibuntuti roh wanita
dibelakangnya. Dia bertemu dengan pria itu disebuah jalan yang sekelilingnya terdapat
barisan pohon marple yang cukup
langka apabila dicari di Indonesia. Agni mencoba menjelaskan apa yang terjadi
minggu lalu kepada pria yang baru keluar dari toko buku itu. Dia menceritakan
kemampuannya yang bisa melihat roh-roh gentayangan. Lalu saat pria itu berada
di restoran, dia melihat roh wanita yang berada dibelakang pria itu. Lalu pria
itu berkata
“Apa benar, kau melihatnya? Bagaimana wajahnya? apakah dia bahagia?”
Suasana hening pun tiba sejenak dan dinginnya malam mulai menusuk urat
nadi, lalu si pria itu mengajak Agni ke sebuah coffee shop di pinggir jalan dan
Agni meng-iyakan ajakan pria itu.
Ketika memasuki ruangan
coffee shop, suasana hangat mulai terasa karena tungku perapian masih
menyalakan baranya. Lalu pria itu melanjutkan percakapannya sambil memesan 2
cangkir kopi espresso.
“Maaf, kita tadi belum berkenalan ya? Nama saya Rezka Adyasa, kamu
bisa panggil saya Rezka,” pria itu mencoba berkenalan sebelum berbicara lebih
lanjut mengenai hantu tadi.
“Saya Agni Williana, kamu bisa panggil saya Agni!” jawab Agni dengan
nada yang agak sumbang akibat salah tingkah karena baru kali ini dia berbicara
dengan seorang pria selain Kak Henry dan bosnya di restoran tempat dia bekerja.
Dan ketika mendengar suara Rezka saat berkenalan, Agni sedikit paham
kepribadian Rezka yang ramah dan tidak suka menyimpan amarah. Lalu Agni bertanya
“Memang siapa wanita itu, Rezka? Sepertinya dia dekat sekali denganmu?”
“Dia adalah kekasihku ketika aku masih berumur 17 tahun, namanya Rahma.”
Lalu Rezka
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi bahwa dia dan Rahma pernah diculik
oleh 3 orang penjahat yang meminta tebusan uang sebesar 1 miliar kepada kedua
orang tuanya, namun ketika uang telah dibawa penculik itu, salah satu penculik
membawa dirinya dan Rahma kekasihnya pergi dari tempat persembunyian dengan
mobil pugeot warna hitam legam. Lantas kedua orang tuanya khawatir dan menelpon
polisi, lalu terjadilah aksi kejar-kejaran antara si penculik yang membawa
Rezka dan kekasihnya dengan polisi. Ketika memasuki tikungan tajam mobil itu
menabrak pagar pembatas jalan hingga hancur, luluh lantak. Seketika itu juga
mobil yang dinaikinya terpercik api, si penculik segera melarikan diri
meninggalkan Rezka dan Rahma. Sesegera mungkin polisi menyelamatkan Rezka,
namun alangkah terkejutnya Rezka ketika kekasihnya tidak sempat terselamatkan
karena ledakan yang menghancurkan mobil pugeot dan kekasihnya itu.
Setelah menceritakan
panjang lebar kisah yang dialami Rezka. Keheningan datang lagi menyelimuti
mereka berdua. Mereka saling memandang satu sama lain, Rezka mencoba untuk melanjutkan
pertanyaannya yang belum terjawab ketika bertemu di jalan tadi,
“Jadi, bagaimana keadaan dia?”
“Dia terlihat sedih, aku melihat matanya berkaca-kaca walaupun itu
hanya tipuan roh saja. Sepertinya dia ingin memberitahukan sesuatu kepadamu,” jawab
Agni
“Benarkah? Apakah dia sekarang ada disini? Apa yang ingin dia
beritahukan kepadaku?” Tanya Rezka dengan sedikit penasaran
“Jujur saja, sejak kita bertemu di jalan tadi, aku belum melihatnya
sekalipun.”
“Ohh..” jawab Rezka dengan nada sedikit kecewa
“Tapi tenang saja. Dia tahu kalau aku bisa melihatnya, dia pasti akan
mendatangiku. Aku akan bertanya kepadanya apa yang ingin dia sampaikan dan aku
berjanji akan memberitahumu,” kata Agni sedikit memberi harapan kepada Rezka
“Benarkah, terimakasih ya! Hehe, kita baru saling kenal kenapa sudah
seakrab ini ya?”
“Entahlah!” jawab Agni
Malam yang semakin
gelap membuka selimutnya dan menampakkan bintang-bintang yang memberi rasa
nyaman setelah bekerja ditengah hiruk pikuk perkotaan. Setelah pembicaraan yang
panjang, Rezka mengantarkan Agni pulang ke kontrakan dengan mobil BMW warna
putih bergaris hitam miliknya yang terparkir didepan telepon umum ketika dia
pergi ke toko buku tadi menuju ke kontrakkan Agni.
***
Malam itu ketika Agni
hendak memejamkan mata, arwah Rahma benar-benar memunculkan diri di hadapan
Agni. Dan untuk pertama kalinya, Agni tidak merasa ketakutan ketika bertemu
dengan hantu. Namun sebelum Agni bertanya, Rahma langsung berkata
“Aku tidak bisa berlama-lama disini, aku hanya memintamu untuk membantu
Rezka mencari siapa yang menjadi dalang atas kematianku. Sebenarnya aku tahu
siapa dia, namun apabila aku memberitahunya dia tidak akan percaya. Aku hanya
memberimu petunjuk bahwa dia pernah sangat dekat dengannya. Aku akan menemuimu
besok malam. Untuk sekarang aku akan melindungimu dari roh-roh lain agar kau
bisa tidur nyenyak.”
Lalu roh Rahma seketika menghilang membuat Agni bertanya-tanya apa
yang dimaksud dari dia pernah sangat dekat dengan Rezka. Namun mendengar bahwa
Rahma akan melindungi dia dari roh-roh yang meminta bantuan padanya, segeralah Agni
menutup matanya dan tertidur.
***
Keesokannya, sang
matahari di akhir pekan mencoba untuk menuntun Agni menuju kediaman Rezka yang
telah dia miliki alamatnya dari pembicaraan semalam. Ketika sampai pada alamat
yang dituju, Agni sedikit kagum akan betapa besar dan luasnya rumah Rezka,
memang tak berpagar tapi terlihat aman karena banyaknya pos satpam disana. Berbeda jauh dari kontrakannya yang
bahkan tidak ada ruang untuk bergerak. Luas tamannya seakan-akan bisa digunakan
untuk pertandingan sepak bola. Ketika Agni Masih terkagum-kagum memandang rumah
Rezka, seseorang dari dalam pos satpam bertanya kepadanya
“Cari siapa, neng?” Tanya si satpam
“Ooh. Saya ingin tanya, mas. Apakah ini benar rumahnya Rezka Adyasa?”
“Iya, neng! Eneng siapa ya?” si satpam bertanya untuk kedua kalinya
kepada Agni
“Saya temannya Rezka, mas. Rezkanya ada dirumah? Saya ingin bicara
dengannya.”
“Oh, bisa-bisa”
Setelah mendapat izin dari satpam tersebut, bergegaslah dia menemui
Rezka yang terlihat sedang duduk berjemur disamping kolam renang taman
rumahnya. Entah apa maksudnya berjemur, karena cuaca saat itu mendung tanpa
cahaya matahari sama sekali. Lalu Agni mencoba untuk menghampiri Rezka.
“Ada yang bisa saya bantu, tuan?” Sindir Agni
“Ohh. Kamu ternyata, Agni. Kok datang nggak bilang-bilang?”
“Iya, maaf. Aku terburu-buru tadi. Karena, ini tentang masalahmu yang
kita bicarakan semalam, ternyata dia benar-benar menemuiku.”
“Benarkah, lalu dia jawab apa?”
“Jawaban apa? Aku sama sekali tida diberi waktu untuk bertanya. Dia
tahu kalau aku akan bertanya tapi dia tidak bisa memberitahukan semuanya, dia
hanya sempat memberitahuku bahwa penculik yang membuatnya terbunuh itu pernah
dekat sekali denganmu.” Papar Agni dengan nada yang menggebu-gebu.
“Benarkah? Setahuku, sejak dulu hanya dialah yang dekat sekali
denganku.” Jawab Rezka sedikit heran.
Untuk kesekian
kalinya suasana hening bercampur canggung datang.
“Ehmm. Aku akan mencoba bertanya kepadanya. Dia berjanji akan
menemuiku lagi nanti malam” Cetus Agni seakan-akan memberi sedikit harapan.
Seharian Agni
menghabiskan akhir pekannya di rumah Rezka. Mereka saling bertukar cerita, terutama
kemampuan Agni yang bisa melihat roh. Hubungan mereka semakin dekat sehingga
tumbuh suatu perasaan yang lebih dari sekadar teman ataupun sahabat.
***
Malam harinya, Rahma
tidak menampakkan dirinya dihadapan Agni dalam kehidupan nyata namun dia menemui
Agni didalam mimpinya. Dia menggambarkan ingatannya kepada Agni ketika
kematiannya. Agni sendiri sadar dan percaya bahwa ini kemampuan Rahma untuk
memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekilas dia melihat Rahma dengan
penampilan yang berbeda dengan tatapan mata yang menggambarkan kelicikkan,
namun pada saat yang sama Agni melihat Rahma yang lain sedang tersiksa didalam
mobil pugeot warna hitam seakan-akan kedua Rahma itu saling keterkaitan. Lalu,
dengan kejadian yang sama seperti yang diceritakan Rezka, mobil itu meledak dan
menghancurkan semua yang ada didalamnya termasuk Rahma. Hal itu sangat
mengejutkan Agni sehingga dia terbangun dari mimpinya.
“Apa maksud dari semua ini, apakah Rahma memiliki saudara kembar? Tapi
bagaimana bisa saudara membunuh saudara?”
Mimpi itu masih
membayang-bayangi pikiran Agni tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sejak saat
itu, Rahma sering menemui Agni didalam mimpinya. Dan Agni sendiri juga sering
menemui Rezka untuk memberitahu apa yang telah diberitahukan Rahma sehingga
semakin lama tumbuhlah rasa ketertarikan diantara Agni dan Rezka dan akhirnya
mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.
***
3 bulan berlalu,
selama itu Agni tidak lagi menceritakan apa yang diberitahukan arwah Rahma
entah itu dalam kehidupan nyata maupun dalam mimpi kepada Rezka. Namun, di
suatu malam, Rezka mimpi bertemu roh Rahma yang terlihat kecewa dan berkata
“Apa kau benar-benar ingin melupakanku? Apakah kau tidak ingin tahu penyebab
kematianku?’. Lalu mimpi itu disampaikannya kepada Agni ketika mereka bertemu
di taman pada suatu malam.
“Agni, tadi malam aku bermimpi bertemu dengan Rahma dan dia menanyakan
keinginanku untuk memngungkap penyebab kematiannya. Apakah kamu sama sekali
belum ditemuinya belakangan ini?”
Lalu dengan sedikit bingung, Agni mencoba untuk berkata sejujurnya.
“Sebenarnya, dia sering menemuiku. Dia juga memberitahuku banyak hal.”
“Lalu, apa maksudmu tidak memberitahukannya kepadaku?”
“Maaf, aku hanya ti...”
“Kenapa kamu harus berbohong, kamu tahu kan kalau aku sangat ingin mencari
tahu siapa yang menjadi dalang dari kejadian itu?”
“iya, aku tahu,”
“Lantas kenapa kamu menutupinya? terserah lah!”
Karena marah, Rezka
meninggalkan Agni sendirian di taman. Agni juga menyadari kesalahannya namun
saat ini bukan itu yang dia permasalahkan, dia benar-benar sendirian di taman.
Sendirian membuat dirinya mudah ditemui oleh arwah-arwah penasaran yang berada
di taman itu. Ternyata benar, belasan hantu mencoba untuk mendekati Agni
bersama dinginnya udara yang berhembus. Karena dia sangat ketakutan akhirnya
dia pingsan tak sadarkan diri.
***
Ketika dia tersadar,
dia sudah di dalam kamar di suatu rumah sakit dengan jarum infus menusuk urat
nadinya. Lalu dokter muncul beberapa saat ketika Agni sedang melamun. Dokter
itu sengaja menemui Agni untuk mengecek kondisinya. Agni sedikit tersentak
ketika melihat pernyataan dokter bahwa dia tak sadarkan diri selama 13 hari.
Namun yang lebih mengherankan lagi, tidak ada tanda-tanda Kak Henry menjenguknya.
Entah dia diberitahu atau tidak, hal itu menjadi sedikit ganjil karena dia
selama 13 hari tidak pulang ke rumah karena biasanya kakaknya khawatir ketika
Agni lebih dari seminggu tidak pulang ke rumahnya apalagi tidak sempat menelpon
kakaknya. Entah betapa khawatir Kak Henry menunggu kepulangan Agni.
***
Setelah diperbolehkan
meninggalkan rumah sakit, sore itu Agni bergegas pulang kerumah karena 3 hari
yang lalu tepat hari ulang tahunnya ke 18, dia sengaja ingin merayakannya
bersama Kak Henry. Namun betapa terkejutnya ketika sampai di pekarangan rumah, dia
melihat 4 karangan bunga tanda belasungkawa tertulis nama kakaknya Henry. Karangan
bunga itu terpampang tepat didepan rumahnya. Seketika dia lemas, tak berdaya,
seakan-akan dunia mencoba untuk menelannya. Ya, kakaknya telah meninggal tepat di
hari ulang tahunnya tanggal 1 september, 3 hari yang lalu. Setidaknya seperti
itu yang diucapkan mulut tetanganya. Seluruh acara kematian mulai dari upacara pemberkatan
hingga pemakaman telah diadakan tetangganya sebelum Agni pulang. Mereka
melakukannya karena melihat Agni dan Henry hidup berdua tanpa memiliki sanak
saudara. Agni menyesali perpisahannya dengan kakaknya, Henry. Karena mengingat
kakaknya yang rela berkorban demi kesembuhannya disaat dia koma selama 2 tahun,
demi hidupnya, namun disaat kematian kakaknya, dia malah tidak berada disamping
kakaknya.
Selama 2 hari,
setelah mengetahui kakaknya meninggal, didalam benaknya Agni masih
bertanya-tanya tentang apa yang terjadi selama 13 hari dia tak sadarkan diri.
Dia mengingat-ingat dengan keras. Dan dia teringat ketika tak sadarkan diri,
rohnya berpergian seperti kejadian ketika dia koma 2 tahun lalu hingga akhirnya
bertemu Rahma yang memberitahu Agni cara mengetahui kebenaran tentang apa yang
terjadi pada Rezka dan dirinya di masa lalu.
Roh Rahma mengatakan
“Jika Rezka benar-benar ingin mengetahui apa yang telah terjadi, dia harus
pergi ke Bandara Choetta tanggal 6 September ini, tepat jam 5 sore. Ada hal
yang akan membukakan rahasia tentang semua kejadian itu!”. Hanya itu yang
dikatakan Rahma. Lalu roh Agni juga bertemu dengan seseorang berjubah putih
kumal, orang itu berkata kepada Agni “Waktumu telah habis, aku hanya akan
memberimu kesempatan hidup sampai kamu mengucapkan kata selamat tinggal kepada
teman-temanmu. Itulah batas waktu yang kita sepakati”
Selama ini, dia baru
tahu jika dia pernah merubah kematiannya dengan melakukan kesepakatan dengan
malaikat maut sehingga dia bisa bangun dari komanya yang seharusnya dia akhiri
dengan kematiannya. Di satu sisi lain, hanya Rezka lah yang pernah menjadi kerabat
ataupun berhubungan dekat dengan Agni yang berarti apabila dia mengucapkan
sesuatu kepada Rezka, dia juga harus mengucapkan selamat tinggal karena
kematiannya.
Setelah mengalami dilema,
ketika jam dinding menunjukkan angka 4 lebih seperempat, dia memutuskan
mengirim pesan ke ponsel milik Rezka yang bertuliskan “Jika kamu ingin
mengetahui segala sesuatu tentang masa lalumu dengan Rahma, pergilah ke Bandara
Choetta nanti sore jam 5 tepat. Selamat tinggal.”
***
Usai membaca pesan
itu melalui ponselnya, Rezka masih berpikir yang dimaksudkan Agni adalah dia
akan menjelaskan semuanya tentang kejadian penculikan yang dialaminya bersama
Rahma disana, namun dia sedikit heran mengapa dalam pesan tersebut Agni
mengucapkan selamat tinggal. Tanpa pikir panjang, Rezka segera pergi ke Bandara
Choetta yang niatnya hendak bertemu dengan Agni. Dan hasilnya nihil, ketika
Rezka datang ke bandara tepat pukul 5 sore, Agni tidak ada disana sehingga
Rezka sempat meragukan apa yang dikatakan Agni didalam pesan itu. Tetapi,
ternyata kedatangannya di bandara tidak sia-sia ketika sekilas dia melihat
wajah seseorang yang mirip Rahma memakai sweater
berbulu hitam, dia juga menyadari bahwa itu benar-benar wajah Rahma. Dengan
sigap Rezka mengejar wanita itu, yang terlihat hendak menaiki pesawat yang akan
ditumpanginya.
“Rahma! Benarkah kau Rahma?” Rezka mengira itu Rahma karena wajahnya
sangat mirip. “Hmm.. Hmm.. Hmm.. Ternyata kita berjumpa lagi.”
“Apakah ini benar kamu? Apakah kamu baik-baik saja?”
“Rezka.. Rezka, kamu tidak perlu terlalu peduli denganku.”
“Apa yang kau maksud?”
Rahma menjelaskan
semua yang telah terjadi, dan membuka rahasia yang terpendam sekian tahun bahwa
dia adalah Rahma yang sebenarnya, dan yang tewas dalam kecelakaan itu adalah
saudara kembarnya yang bernama Bella. Rahma dan Bella dipisahkan sejak bayi oleh
orang tuanya. Rahma berada di Indonesia, sedangkan Bella di Munchen, Jerman.
Lalu ketika Bella diberitahu bahwa dia memiliki kembaran di Indonesia, Bella
segera terbang ke Indonesia untuk bertemu Rahma. Dan tanpa sengaja dia juga
bertemu Rezka si anak orang konglomerat tidak lain dan tidak bukan adalah teman
Rahma sejak dulu. Ketika Bella ingin mengenal Rezka, dia menggunakan identitas
Rahma karena wajah mereka yang benar-benar identik. Lalu Bella yang menyamar
menjadi Rahma menjalin hubungan dengan Rezka sebagai pacar. Namun, tercetus ide
licik di otak Rahma untuk memanfaatkan mereka berdua untuk mendapatkan uang.
Sehingga Rahma membuat rencana penculikan bersama 2 teman laki-lakinya untuk
menculik Rezka dan Bella dan meminta uang tebusan sebesar 1 miliar kepada orang
tua Rezka. Tetapi ketika uang tebusan itu telah dia terima, dia malah membawa
Rezka dan Bella pergi dengan mobil Pugeot warna hitamnya dan terjadilah aksi
kejar-kejaran dengan polisi hingga dia menabrak pagar pembatas dan melarikan
diri. Dan akhirnya mobil hitam itu meledak menghancurkan semua yang ada
didalamnya termasuk Bella yang tak terselamatkan.
Mendengarkan
penjelasan sinis dari Rahma, Rezka masih sulit mempercayai tenyata yang selama
ini dia sayangi bukanlah Rahma, tetapi Bella. Rezka menunduk dan matanya
berkaca-kaca sampai terlihat biasan sepatu bergaya vintage-nya memantul didalam matanya. Dan tidak lama kemudian 12
orang polisi menyergap Rahma dan memborgol tangannya. Ternyata sebelumnya, Agni
berinisiatif dan merasa perlu melaporkan kepada polisi walaupun dia tidak tahu
tentang apa yang terjadi di bandara.
***
Usai kejadian di
bandara, Rezka berniat menemui Agni di kontrakannya. Namun tidak ada
tanda-tanda keberadaan Agni disana. Lalu ia bertanya kepada pemilik kontrakan
tentang dimana alamat rumah Agni. Setelah mendapatkannya, dia segera mencari
alamat itu. Namun, ketika dia telah menemukan alamatnya, dia sedikit heran
melihat banyak orang sedang berdatangan ke rumah Agni. Dia keluar dari mobil
berjalan menuju pintu depan, langkah Rezka semakin gontai ketika dia melihat
peti jenazah didalam rumah itu hingga langkahnya terhenti dan dia terjatuh
dengan lutut menyangga tubuhnya ketika dia melihat tubuh Agni yang terbaring
berbalut baju putih indah dengan wajah pucat didalam peti itu. Ya, dia adalah
Agni. Agni telah meninggal karena telah memberi ucapan selamat tinggal kepada
Rezka yang semata-mata pernah mengenalinya dan hanya dia yang menjadi orang
yang dia kenal selain kakaknya Henry, itu berarti dia harus menepati janjinya
kepada kematian. Rezka tak kuasa menahan air matanya jatuh ketika melihat Agni
telah meninggalkannya untuk selamanya. Dia menyesal telah meninggalkan Agni di
taman. Karena itulah pertemuan terakhir dirinya dengan Agni tanpa mengucapkan selamat
tinggal dari mulutnya
***
Beberapa saat setelah
upacara pemberkatan selesai, sore itu Rezka duduk termenung didepan teras rumah
Agni. Dia masih meratapi kepergian Agni hingga saat itu. Tak lama kemudian
seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai tetangganya keluar dari dalam
pintu dan membawa selembar kertas mendekati Rezka.
“Nak, kamu ya yang namanya Rezka?” Kata wanita tua itu.
“Iya, bu. Ada apa ya?”
“Ini sepertinya surat untukmu, mataku sedikit rabun, sehingga aku
hanya bisa membaca namamu yang tertulis cukup besar disurat ini.” Kata si
wanita tua sambil memberikan surat itu kepada Rezka.
“Ohh, terima kasih!” Jawab Rezka.
Rezka membaca surat
itu, surat itu sungguh cantik dengan kertas yang terlihat tua memberi kesan klasik
dengan tulisan yang terbuat dari tinta hitam. Tulisan dalam surat tersebut
berupa penyampaian maaf Agni tentang kesalahan yang sebelumnya dan ucapan
selamat darinya karena Rezka telah dapat mengungkap semua yang telah terjadi di
masa lalunya. Agni juga menuliskan bahwa memang inilah takdirnya, dia diberi
kemampuan melihat hantu. Hanya karena untuk membantu mereka untuk menyelesaikan
masalah yang dialami keluarga maupun kerabat yang ditinggalkan. Dan ternyata,
masalah Rezka adalah masalah terakhir yang bisa dia bantu dengan kemampuannya,
dia juga berkata bahwa kematiannya takkan sia-sia. Agni berpesan agar Rezka
harus berbahagia menjalani hidupnya sekarang. Dan, untuk kesekian kali Rezka
menitihkan air mata, walaupun tak sederas air mata sore tadi ketika dia tahu
bahwa Agni telah meninggal dunia.
***
Tidak ingin terpuruk
terlalu dalam Rezka mencoba untuk bangkit. Beberapa bulan kemudian, dia
memutuskan untuk menjual rumah mewahnya dan mendiami rumah milik kakak dari Agni,
Henry. Disana, dia merintis sebuah yayasan anak. Yayasan itu khusus anak-anak
yang dikucilkan karena sikap dan perilakunya yang aneh seperti halnya Agni. Dia
menampung anak-anak itu dalam suatu asrama. Mereka saling berbagi cerita,
pengalaman aneh dan lain-lain dengan Rezka dan teman-temannya yang turut
membantu. Dan pada suatu ketika, seorang anak perempuan berkata pada Rezka
“Kak Rezka, Kak Agni sama Kak Bella bilang terima ke kakak.”
“Benarkah? Apakah kamu melihatnya sekarang?”
“Ya, mereka berdua ada dibelakangmu, sedang tersenyum bahagia.”
Dan sejak saat itu,
Rezka berusaha untuk menghargai kehidupan, dia bahagia pernah bertemu dengan 2
wanita yang tangguh dan memotivasi dia untuk menjalani hidup lebih baik. Karena
kematian mereka, tidaklah sia-sia.
- END -