Jumat, 10 Oktober 2014

Cerpen Remaja

My first work,!






Entah kapan, seorang gadis berkulit coklat gelap dengan kantung mata yang besar duduk di kursi taman dekat rumahnya. Gelapnya kantung disekitar matanya bagaikan karung goni yang terbakar hangus. Dia diam mematung dengan pandangan hampa menghadap sungai didepannya. Si Agni Aneh sering diucapkan dari mulut tetangganya ketika hendak memangilnya. Sedikit tak sopan sebenarnya, namun itu benar-benar sesuai kenyataan, dia memiliki tingkah laku yang sedikit aneh. Wajar saja, sejak kecelakaan hebat 3 tahun yang lalu membuatnya koma selama     2 tahun, dia yang mulanya gadis yang ceria, rajin dan pandai berubah menjadi gadis yang pendiam dan penakut. Dia hidup bersama kakaknya Henry yang rela membatalkan pernikahannya dan menghabiskan seluruh uangnya atau apapun demi kesembuhan adiknya, Agni. Namun, ketika Agni bangun dari tidur panjangnya, kakaknya terkejut melihat perilaku adiknya, Agni sering berteriak ketakutan. Ternyata ketika koma, jiwanya telah berpergian jauh hingga bertemu dengan roh-roh dan menjadi temannya. Dan kemampuan itu terbawa ketika Agni bangun dari komanya.
            Selama setahun ini, dia menyadari bahwa hantu yang mendekatinya hanya sekadar meminta bantuan. Kebanyakan hantu tersebut meminta Agni untuk membantu menyelesaikan masalah di keluarga yang ditinggalkan hantu itu, walaupun sama sekali bukan masalahnya. Mulai dari perebutan harta warisan, proyek penjualan real estate, dan lainnya yang tak ingin dingatnya lagi. Walaupun telah menyadarinya, yang namanya manusia setiap ditemui oleh roh-roh yang bergentayangan pastinya akan ketakutan, begitu pula Agni. Setiap malam, tak sekalipun Agni tidak didatangi oleh roh-roh berwajah hancur, lebur, tak berbentuk. Dan tak sekalipun dia tidak ketakutan. Mungkin hal itulah yang menyebabkan lebar nan gelapnya kantung disekitar matanya.
***
            Sebenarnya, dia tak tega melihat kakaknya yang bekerja keras membanting tulang demi seseorang aneh yang mendeklarasikan bisa melihat hantu seperti dirinya, kerjanya hanya keluyuran sekadar membantu roh-roh gentayangan. Lalu suatu ketika, dia memutuskan untuk bekerja di kota, dia akan bekerja sebagai Waitress di salah satu restoran di kota. Kakaknya, Henry sebenarnya tidak tega membiarkan adik semata wayangnya pergi bekerja.
“Sebaiknya kamu nggak usah kerja, Agni! Kakak takut terjadi apa-apa sama kamu,” kata Kak Henry seraya mencegahnya,
“Tapi aku sudah pikirkan matang-matang kak, aku tidak ingin merepotkan kakak. Kakak, selalu bekerja membanting tulang hanya demi aku, jadi aku tidak tega melihatnya.”
“Kamu sama sekali nggak merepotkan kakak, kok! Kakak cuma mau Agni dirumah saja”
“Tapi ini sudah jadi keputusanku kak!”
Karena keputusan Agni telah bulat dan keegoisannya, Kak Henry pun tak kuasa lagi mencegahnya.
“Ya sudah, kamu boleh bekerja. Asalkan sering-sering pulang ke rumah ya!”
Lalu, setelah mendapat ijin dari kakaknya berangkatlah Agni ke kota untuk bekerja sebagai waitress di salah satu restoran di kota.
  ***
            Sebulan berjalan Agni bekerja di kota, dia tinggal disebuah kontrakan yang tidak terlalu luas dan hampir mirip sebuah gubuk. Pekerjaan menjadi waitress pun dia jalani dengan sungguh-sungguh, hingga dia menjadi karyawan yang cukup rajin di restoran tempatnya bekerja. Walau terkadang  masih terhitung roh-roh yang meminta bantuannya yang membuatnya bertingkah sedikit aneh seperti biasanya.
***
            Suatu ketika, dia sedang mengantarkan pesanan di meja pelanggan. Dia melihat roh wanita yang berdiri di samping seorang pria tampan berkacamata yang memesan makanan yang dia bawa. Dengan langkah yang kurang pasti, dia memberikan makanan yang baru diangkat dari penggorengan menuju pria itu. Bukannya, sampai ke meja, dia malah mendaratkan makanan itu ke wajah pria yang memesan makanan tersebut.
“Hey, bisa kerja nggak sih? Kalau jalan lihat-lihat dong, jadi basah nih!” bentak Si Pria tampan itu. 
“Maaf-maaf, mas!” jawab Agni sambil ketakutan melihat roh wanita dibelakang pria itu.
***
            Seminggu setelah kejadian itu, dia bertemu dengan pria di restoran itu tanpa dibuntuti roh wanita dibelakangnya. Dia bertemu dengan pria itu disebuah jalan yang sekelilingnya terdapat barisan pohon marple yang cukup langka apabila dicari di Indonesia. Agni mencoba menjelaskan apa yang terjadi minggu lalu kepada pria yang baru keluar dari toko buku itu. Dia menceritakan kemampuannya yang bisa melihat roh-roh gentayangan. Lalu saat pria itu berada di restoran, dia melihat roh wanita yang berada dibelakang pria itu. Lalu pria itu berkata
“Apa benar, kau melihatnya? Bagaimana wajahnya? apakah dia bahagia?”
Suasana hening pun tiba sejenak dan dinginnya malam mulai menusuk urat nadi, lalu si pria itu mengajak Agni ke sebuah coffee shop di pinggir jalan dan Agni meng-iyakan ajakan pria itu.
            Ketika memasuki ruangan coffee shop, suasana hangat mulai terasa karena tungku perapian masih menyalakan baranya. Lalu pria itu melanjutkan percakapannya sambil memesan 2 cangkir kopi espresso.
“Maaf, kita tadi belum berkenalan ya? Nama saya Rezka Adyasa, kamu bisa panggil saya Rezka,” pria itu mencoba berkenalan sebelum berbicara lebih lanjut mengenai hantu tadi.
“Saya Agni Williana, kamu bisa panggil saya Agni!” jawab Agni dengan nada yang agak sumbang akibat salah tingkah karena baru kali ini dia berbicara dengan seorang pria selain Kak Henry dan bosnya di restoran tempat dia bekerja. Dan ketika mendengar suara Rezka saat berkenalan, Agni sedikit paham kepribadian Rezka yang ramah dan tidak suka menyimpan amarah. Lalu Agni bertanya
“Memang siapa wanita itu, Rezka? Sepertinya dia dekat sekali denganmu?”
“Dia adalah kekasihku ketika aku masih berumur 17 tahun, namanya Rahma.”
            Lalu Rezka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi bahwa dia dan Rahma pernah diculik oleh 3 orang penjahat yang meminta tebusan uang sebesar 1 miliar kepada kedua orang tuanya, namun ketika uang telah dibawa penculik itu, salah satu penculik membawa dirinya dan Rahma kekasihnya pergi dari tempat persembunyian dengan mobil pugeot warna hitam legam. Lantas kedua orang tuanya khawatir dan menelpon polisi, lalu terjadilah aksi kejar-kejaran antara si penculik yang membawa Rezka dan kekasihnya dengan polisi. Ketika memasuki tikungan tajam mobil itu menabrak pagar pembatas jalan hingga hancur, luluh lantak. Seketika itu juga mobil yang dinaikinya terpercik api, si penculik segera melarikan diri meninggalkan Rezka dan Rahma. Sesegera mungkin polisi menyelamatkan Rezka, namun alangkah terkejutnya Rezka ketika kekasihnya tidak sempat terselamatkan karena ledakan yang menghancurkan mobil pugeot dan kekasihnya itu.
            Setelah menceritakan panjang lebar kisah yang dialami Rezka. Keheningan datang lagi menyelimuti mereka berdua. Mereka saling memandang satu sama lain, Rezka mencoba untuk melanjutkan pertanyaannya yang belum terjawab ketika bertemu di jalan tadi,
“Jadi, bagaimana keadaan dia?”
“Dia terlihat sedih, aku melihat matanya berkaca-kaca walaupun itu hanya tipuan roh saja. Sepertinya dia ingin memberitahukan sesuatu kepadamu,” jawab Agni
“Benarkah? Apakah dia sekarang ada disini? Apa yang ingin dia beritahukan kepadaku?” Tanya Rezka dengan sedikit penasaran
“Jujur saja, sejak kita bertemu di jalan tadi, aku belum melihatnya sekalipun.”
“Ohh..” jawab Rezka dengan nada sedikit kecewa
“Tapi tenang saja. Dia tahu kalau aku bisa melihatnya, dia pasti akan mendatangiku. Aku akan bertanya kepadanya apa yang ingin dia sampaikan dan aku berjanji akan memberitahumu,” kata Agni sedikit memberi harapan kepada Rezka
“Benarkah, terimakasih ya! Hehe, kita baru saling kenal kenapa sudah seakrab ini ya?”
“Entahlah!” jawab Agni
            Malam yang semakin gelap membuka selimutnya dan menampakkan bintang-bintang yang memberi rasa nyaman setelah bekerja ditengah hiruk pikuk perkotaan. Setelah pembicaraan yang panjang, Rezka mengantarkan Agni pulang ke kontrakan dengan mobil BMW warna putih bergaris hitam miliknya yang terparkir didepan telepon umum ketika dia pergi ke toko buku tadi menuju ke kontrakkan Agni.
***
            Malam itu ketika Agni hendak memejamkan mata, arwah Rahma benar-benar memunculkan diri di hadapan Agni. Dan untuk pertama kalinya, Agni tidak merasa ketakutan ketika bertemu dengan hantu. Namun sebelum Agni bertanya, Rahma langsung berkata
“Aku tidak bisa berlama-lama disini, aku hanya memintamu untuk membantu Rezka mencari siapa yang menjadi dalang atas kematianku. Sebenarnya aku tahu siapa dia, namun apabila aku memberitahunya dia tidak akan percaya. Aku hanya memberimu petunjuk bahwa dia pernah sangat dekat dengannya. Aku akan menemuimu besok malam. Untuk sekarang aku akan melindungimu dari roh-roh lain agar kau bisa tidur nyenyak.”
Lalu roh Rahma seketika menghilang membuat Agni bertanya-tanya apa yang dimaksud dari dia pernah sangat dekat dengan Rezka. Namun mendengar bahwa Rahma akan melindungi dia dari roh-roh yang meminta bantuan padanya, segeralah Agni menutup matanya dan tertidur.
***
            Keesokannya, sang matahari di akhir pekan mencoba untuk menuntun Agni menuju kediaman Rezka yang telah dia miliki alamatnya dari pembicaraan semalam. Ketika sampai pada alamat yang dituju, Agni sedikit kagum akan betapa besar dan luasnya rumah Rezka, memang tak berpagar tapi terlihat aman karena banyaknya pos satpam disana.              Berbeda jauh dari kontrakannya yang bahkan tidak ada ruang untuk bergerak. Luas tamannya seakan-akan bisa digunakan untuk pertandingan sepak bola. Ketika Agni Masih terkagum-kagum memandang rumah Rezka, seseorang dari dalam pos satpam bertanya kepadanya
“Cari siapa, neng?” Tanya si satpam
“Ooh. Saya ingin tanya, mas. Apakah ini benar rumahnya Rezka Adyasa?”
“Iya, neng! Eneng siapa ya?” si satpam bertanya untuk kedua kalinya kepada Agni
“Saya temannya Rezka, mas. Rezkanya ada dirumah? Saya ingin bicara dengannya.”
“Oh, bisa-bisa”
Setelah mendapat izin dari satpam tersebut, bergegaslah dia menemui Rezka yang terlihat sedang duduk berjemur disamping kolam renang taman rumahnya. Entah apa maksudnya berjemur, karena cuaca saat itu mendung tanpa cahaya matahari sama sekali. Lalu Agni mencoba untuk menghampiri Rezka.
“Ada yang bisa saya bantu, tuan?” Sindir Agni
“Ohh. Kamu ternyata, Agni. Kok datang nggak bilang-bilang?”
“Iya, maaf. Aku terburu-buru tadi. Karena, ini tentang masalahmu yang kita bicarakan semalam, ternyata dia benar-benar menemuiku.”
“Benarkah, lalu dia jawab apa?”
“Jawaban apa? Aku sama sekali tida diberi waktu untuk bertanya. Dia tahu kalau aku akan bertanya tapi dia tidak bisa memberitahukan semuanya, dia hanya sempat memberitahuku bahwa penculik yang membuatnya terbunuh itu pernah dekat sekali denganmu.” Papar Agni dengan nada yang menggebu-gebu.
“Benarkah? Setahuku, sejak dulu hanya dialah yang dekat sekali denganku.” Jawab Rezka sedikit heran.
            Untuk kesekian kalinya suasana hening bercampur canggung datang.
“Ehmm. Aku akan mencoba bertanya kepadanya. Dia berjanji akan menemuiku lagi nanti malam” Cetus Agni seakan-akan memberi sedikit harapan.
            Seharian Agni menghabiskan akhir pekannya di rumah Rezka. Mereka saling bertukar cerita, terutama kemampuan Agni yang bisa melihat roh. Hubungan mereka semakin dekat sehingga tumbuh suatu perasaan yang lebih dari sekadar teman ataupun sahabat.
***
            Malam harinya, Rahma tidak menampakkan dirinya dihadapan Agni dalam kehidupan nyata namun dia menemui Agni didalam mimpinya. Dia menggambarkan ingatannya kepada Agni ketika kematiannya. Agni sendiri sadar dan percaya bahwa ini kemampuan Rahma untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekilas dia melihat Rahma dengan penampilan yang berbeda dengan tatapan mata yang menggambarkan kelicikkan, namun pada saat yang sama Agni melihat Rahma yang lain sedang tersiksa didalam mobil pugeot warna hitam seakan-akan kedua Rahma itu saling keterkaitan. Lalu, dengan kejadian yang sama seperti yang diceritakan Rezka, mobil itu meledak dan menghancurkan semua yang ada didalamnya termasuk Rahma. Hal itu sangat mengejutkan Agni sehingga dia terbangun dari mimpinya.
“Apa maksud dari semua ini, apakah Rahma memiliki saudara kembar? Tapi bagaimana bisa saudara membunuh saudara?”

            Mimpi itu masih membayang-bayangi pikiran Agni tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sejak saat itu, Rahma sering menemui Agni didalam mimpinya. Dan Agni sendiri juga sering menemui Rezka untuk memberitahu apa yang telah diberitahukan Rahma sehingga semakin lama tumbuhlah rasa ketertarikan diantara Agni dan Rezka dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.
***
            3 bulan berlalu, selama itu Agni tidak lagi menceritakan apa yang diberitahukan arwah Rahma entah itu dalam kehidupan nyata maupun dalam mimpi kepada Rezka. Namun, di suatu malam, Rezka mimpi bertemu roh Rahma yang terlihat kecewa dan berkata “Apa kau benar-benar ingin melupakanku? Apakah kau tidak ingin tahu penyebab kematianku?’. Lalu mimpi itu disampaikannya kepada Agni ketika mereka bertemu di taman pada suatu malam.
“Agni, tadi malam aku bermimpi bertemu dengan Rahma dan dia menanyakan keinginanku untuk memngungkap penyebab kematiannya. Apakah kamu sama sekali belum ditemuinya belakangan ini?”
Lalu dengan sedikit bingung, Agni mencoba untuk berkata sejujurnya.
“Sebenarnya, dia sering menemuiku. Dia juga memberitahuku banyak hal.”
“Lalu, apa maksudmu tidak memberitahukannya kepadaku?”
“Maaf, aku hanya ti...”
“Kenapa kamu harus berbohong, kamu tahu kan kalau aku sangat ingin mencari tahu siapa yang menjadi dalang dari kejadian itu?”
“iya, aku tahu,”
“Lantas kenapa kamu menutupinya? terserah lah!”
            Karena marah, Rezka meninggalkan Agni sendirian di taman. Agni juga menyadari kesalahannya namun saat ini bukan itu yang dia permasalahkan, dia benar-benar sendirian di taman. Sendirian membuat dirinya mudah ditemui oleh arwah-arwah penasaran yang berada di taman itu. Ternyata benar, belasan hantu mencoba untuk mendekati Agni bersama dinginnya udara yang berhembus. Karena dia sangat ketakutan akhirnya dia pingsan tak sadarkan diri.
***
            Ketika dia tersadar, dia sudah di dalam kamar di suatu rumah sakit dengan jarum infus menusuk urat nadinya. Lalu dokter muncul beberapa saat ketika Agni sedang melamun. Dokter itu sengaja menemui Agni untuk mengecek kondisinya. Agni sedikit tersentak ketika melihat pernyataan dokter bahwa dia tak sadarkan diri selama 13 hari. Namun yang lebih mengherankan lagi, tidak ada tanda-tanda Kak Henry menjenguknya. Entah dia diberitahu atau tidak, hal itu menjadi sedikit ganjil karena dia selama 13 hari tidak pulang ke rumah karena biasanya kakaknya khawatir ketika Agni lebih dari seminggu tidak pulang ke rumahnya apalagi tidak sempat menelpon kakaknya. Entah betapa khawatir Kak Henry menunggu kepulangan Agni.
***
            Setelah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, sore itu Agni bergegas pulang kerumah karena 3 hari yang lalu tepat hari ulang tahunnya ke 18, dia sengaja ingin merayakannya bersama Kak Henry. Namun betapa terkejutnya ketika sampai di pekarangan rumah, dia melihat 4 karangan bunga tanda belasungkawa tertulis nama kakaknya Henry. Karangan bunga itu terpampang tepat didepan rumahnya. Seketika dia lemas, tak berdaya, seakan-akan dunia mencoba untuk menelannya. Ya, kakaknya telah meninggal tepat di hari ulang tahunnya tanggal 1 september, 3 hari yang lalu. Setidaknya seperti itu yang diucapkan mulut tetanganya. Seluruh acara kematian mulai dari upacara pemberkatan hingga pemakaman telah diadakan tetangganya sebelum Agni pulang. Mereka melakukannya karena melihat Agni dan Henry hidup berdua tanpa memiliki sanak saudara. Agni menyesali perpisahannya dengan kakaknya, Henry. Karena mengingat kakaknya yang rela berkorban demi kesembuhannya disaat dia koma selama 2 tahun, demi hidupnya, namun disaat kematian kakaknya, dia malah tidak berada disamping kakaknya.
            Selama 2 hari, setelah mengetahui kakaknya meninggal, didalam benaknya Agni masih bertanya-tanya tentang apa yang terjadi selama 13 hari dia tak sadarkan diri. Dia mengingat-ingat dengan keras. Dan dia teringat ketika tak sadarkan diri, rohnya berpergian seperti kejadian ketika dia koma 2 tahun lalu hingga akhirnya bertemu Rahma yang memberitahu Agni cara mengetahui kebenaran tentang apa yang terjadi pada Rezka dan dirinya di masa lalu.
            Roh Rahma mengatakan “Jika Rezka benar-benar ingin mengetahui apa yang telah terjadi, dia harus pergi ke Bandara Choetta tanggal 6 September ini, tepat jam 5 sore. Ada hal yang akan membukakan rahasia tentang semua kejadian itu!”. Hanya itu yang dikatakan Rahma. Lalu roh Agni juga bertemu dengan seseorang berjubah putih kumal, orang itu berkata kepada Agni “Waktumu telah habis, aku hanya akan memberimu kesempatan hidup sampai kamu mengucapkan kata selamat tinggal kepada teman-temanmu. Itulah batas waktu yang kita sepakati”
            Selama ini, dia baru tahu jika dia pernah merubah kematiannya dengan melakukan kesepakatan dengan malaikat maut sehingga dia bisa bangun dari komanya yang seharusnya dia akhiri dengan kematiannya. Di satu sisi lain, hanya Rezka lah yang pernah menjadi kerabat ataupun berhubungan dekat dengan Agni yang berarti apabila dia mengucapkan sesuatu kepada Rezka, dia juga harus mengucapkan selamat tinggal karena kematiannya.
            Setelah mengalami dilema, ketika jam dinding menunjukkan angka 4 lebih seperempat, dia memutuskan mengirim pesan ke ponsel milik Rezka yang bertuliskan “Jika kamu ingin mengetahui segala sesuatu tentang masa lalumu dengan Rahma, pergilah ke Bandara Choetta nanti sore jam 5 tepat. Selamat tinggal.”
***
            Usai membaca pesan itu melalui ponselnya, Rezka masih berpikir yang dimaksudkan Agni adalah dia akan menjelaskan semuanya tentang kejadian penculikan yang dialaminya bersama Rahma disana, namun dia sedikit heran mengapa dalam pesan tersebut Agni mengucapkan selamat tinggal. Tanpa pikir panjang, Rezka segera pergi ke Bandara Choetta yang niatnya hendak bertemu dengan Agni. Dan hasilnya nihil, ketika Rezka datang ke bandara tepat pukul 5 sore, Agni tidak ada disana sehingga Rezka sempat meragukan apa yang dikatakan Agni didalam pesan itu. Tetapi, ternyata kedatangannya di bandara tidak sia-sia ketika sekilas dia melihat wajah seseorang yang mirip Rahma memakai sweater berbulu hitam, dia juga menyadari bahwa itu benar-benar wajah Rahma. Dengan sigap Rezka mengejar wanita itu, yang terlihat hendak menaiki pesawat yang akan ditumpanginya.
“Rahma! Benarkah kau Rahma?” Rezka mengira itu Rahma karena wajahnya sangat mirip. “Hmm.. Hmm.. Hmm.. Ternyata kita berjumpa lagi.”
“Apakah ini benar kamu? Apakah kamu baik-baik saja?”
“Rezka.. Rezka, kamu tidak perlu terlalu peduli denganku.”
“Apa yang kau maksud?”
            Rahma menjelaskan semua yang telah terjadi, dan membuka rahasia yang terpendam sekian tahun bahwa dia adalah Rahma yang sebenarnya, dan yang tewas dalam kecelakaan itu adalah saudara kembarnya yang bernama Bella. Rahma dan Bella dipisahkan sejak bayi oleh orang tuanya. Rahma berada di Indonesia, sedangkan Bella di Munchen, Jerman. Lalu ketika Bella diberitahu bahwa dia memiliki kembaran di Indonesia, Bella segera terbang ke Indonesia untuk bertemu Rahma. Dan tanpa sengaja dia juga bertemu Rezka si anak orang konglomerat tidak lain dan tidak bukan adalah teman Rahma sejak dulu. Ketika Bella ingin mengenal Rezka, dia menggunakan identitas Rahma karena wajah mereka yang benar-benar identik. Lalu Bella yang menyamar menjadi Rahma menjalin hubungan dengan Rezka sebagai pacar. Namun, tercetus ide licik di otak Rahma untuk memanfaatkan mereka berdua untuk mendapatkan uang. Sehingga Rahma membuat rencana penculikan bersama 2 teman laki-lakinya untuk menculik Rezka dan Bella dan meminta uang tebusan sebesar 1 miliar kepada orang tua Rezka. Tetapi ketika uang tebusan itu telah dia terima, dia malah membawa Rezka dan Bella pergi dengan mobil Pugeot warna hitamnya dan terjadilah aksi kejar-kejaran dengan polisi hingga dia menabrak pagar pembatas dan melarikan diri. Dan akhirnya mobil hitam itu meledak menghancurkan semua yang ada didalamnya termasuk Bella yang tak terselamatkan.
            Mendengarkan penjelasan sinis dari Rahma, Rezka masih sulit mempercayai tenyata yang selama ini dia sayangi bukanlah Rahma, tetapi Bella. Rezka menunduk dan matanya berkaca-kaca sampai terlihat biasan sepatu bergaya vintage-nya memantul didalam matanya. Dan tidak lama kemudian 12 orang polisi menyergap Rahma dan memborgol tangannya. Ternyata sebelumnya, Agni berinisiatif dan merasa perlu melaporkan kepada polisi walaupun dia tidak tahu tentang apa yang terjadi di bandara.
***
            Usai kejadian di bandara, Rezka berniat menemui Agni di kontrakannya. Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Agni disana. Lalu ia bertanya kepada pemilik kontrakan tentang dimana alamat rumah Agni. Setelah mendapatkannya, dia segera mencari alamat itu. Namun, ketika dia telah menemukan alamatnya, dia sedikit heran melihat banyak orang sedang berdatangan ke rumah Agni. Dia keluar dari mobil berjalan menuju pintu depan, langkah Rezka semakin gontai ketika dia melihat peti jenazah didalam rumah itu hingga langkahnya terhenti dan dia terjatuh dengan lutut menyangga tubuhnya ketika dia melihat tubuh Agni yang terbaring berbalut baju putih indah dengan wajah pucat didalam peti itu. Ya, dia adalah Agni. Agni telah meninggal karena telah memberi ucapan selamat tinggal kepada Rezka yang semata-mata pernah mengenalinya dan hanya dia yang menjadi orang yang dia kenal selain kakaknya Henry, itu berarti dia harus menepati janjinya kepada kematian. Rezka tak kuasa menahan air matanya jatuh ketika melihat Agni telah meninggalkannya untuk selamanya. Dia menyesal telah meninggalkan Agni di taman. Karena itulah pertemuan terakhir dirinya dengan Agni tanpa mengucapkan selamat tinggal dari mulutnya
***
            Beberapa saat setelah upacara pemberkatan selesai, sore itu Rezka duduk termenung didepan teras rumah Agni. Dia masih meratapi kepergian Agni hingga saat itu. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai tetangganya keluar dari dalam pintu dan membawa selembar kertas mendekati Rezka.
“Nak, kamu ya yang namanya Rezka?” Kata wanita tua itu.
“Iya, bu. Ada apa ya?”
“Ini sepertinya surat untukmu, mataku sedikit rabun, sehingga aku hanya bisa membaca namamu yang tertulis cukup besar disurat ini.” Kata si wanita tua sambil memberikan surat itu kepada Rezka.
“Ohh, terima kasih!” Jawab Rezka.
            Rezka membaca surat itu, surat itu sungguh cantik dengan kertas yang terlihat tua memberi kesan klasik dengan tulisan yang terbuat dari tinta hitam. Tulisan dalam surat tersebut berupa penyampaian maaf Agni tentang kesalahan yang sebelumnya dan ucapan selamat darinya karena Rezka telah dapat mengungkap semua yang telah terjadi di masa lalunya. Agni juga menuliskan bahwa memang inilah takdirnya, dia diberi kemampuan melihat hantu. Hanya karena untuk membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yang dialami keluarga maupun kerabat yang ditinggalkan. Dan ternyata, masalah Rezka adalah masalah terakhir yang bisa dia bantu dengan kemampuannya, dia juga berkata bahwa kematiannya takkan sia-sia. Agni berpesan agar Rezka harus berbahagia menjalani hidupnya sekarang. Dan, untuk kesekian kali Rezka menitihkan air mata, walaupun tak sederas air mata sore tadi ketika dia tahu bahwa Agni telah meninggal dunia.
***
            Tidak ingin terpuruk terlalu dalam Rezka mencoba untuk bangkit. Beberapa bulan kemudian, dia memutuskan untuk menjual rumah mewahnya dan mendiami rumah milik kakak dari Agni, Henry. Disana, dia merintis sebuah yayasan anak. Yayasan itu khusus anak-anak yang dikucilkan karena sikap dan perilakunya yang aneh seperti halnya Agni. Dia menampung anak-anak itu dalam suatu asrama. Mereka saling berbagi cerita, pengalaman aneh dan lain-lain dengan Rezka dan teman-temannya yang turut membantu. Dan pada suatu ketika, seorang anak perempuan berkata pada Rezka
“Kak Rezka, Kak Agni sama Kak Bella bilang terima ke kakak.”
“Benarkah? Apakah kamu melihatnya sekarang?”
“Ya, mereka berdua ada dibelakangmu, sedang tersenyum bahagia.”
            Dan sejak saat itu, Rezka berusaha untuk menghargai kehidupan, dia bahagia pernah bertemu dengan 2 wanita yang tangguh dan memotivasi dia untuk menjalani hidup lebih baik. Karena kematian mereka, tidaklah sia-sia.

- END -